Elon Musk sempat merasakan perjuangan berat saat mendirikan bisnis pertamanya, yakni Zip2 - sebuah perusahaan yang menyediakan direktori bisnis atau petunjuk layaknya buku Yellow Pages pada telepon namun dalam versi internet.
Tidak bergerak sendiri, Musk menggandeng saudaranya Kimbal Musk dan Gregory Kouri sebagai rekan untuk menjalankan perusahaan ini pada tahun 1995 lalu.
Bukti memulai usaha itu sangat susah dan tidak gampang sangat dirasakan oleh Musk pada saat itu. Ia dan saudara laki-lakinya harus rela tidur di kantor karena tidak mampu membeli apartemen sendiri.
Pengalaman tersebut dikisahkannya dalam sebuah pidato pembukaan tahun 2014 di University of Southern California.
“Ketika saya dan saudara laki-laki saya memulai perusahaan pertama kami, alih-alih mendapatkan apartemen, kami hanya menyewa kantor kecil dan kami tidur di sofa,” ucap Musk. Dengan modal sebesar 28.000 dollar AS, Zip2 kemudian resmi berdiri di Palo Alto, California.
Dengan segala keterbatasan yang ada, Musk dan saudaranya dengan satu unit komputer harus bekerja keras setiap harinya agar bisnis yang mereka rintis itu bisa menghasilkan uang.
Musk harus mengotak-atik kode pemrograman pada malam hari selama tujuh hari dalam seminggu karena layanan Zip2 yang berjalan via website beroperasi pada siang hari.
Zip2 yang menjadi awal dari segalanya
Tujuan Musk membentuk Zip2 sangat sederhana, yakni ingin membantu banyak orang menemukan entitas yang dicari - seperti kedai pizza misalnya, dengan memberikan lokasi dan jalan menuju ke sana.
Elon kemudian mulai menulis baris demi baris kode yang diperlukan untuk menyatukan kedua database tersebut, yang kelak menjadi 'senjata utama' dari Zip2, yakni kumpulan daftar listing nama-nama bisnis dan peta.
Perusahaan Elon Musk ini kemudian mendapat pendanaan sebesar $ 3 juta dari Mohr Davidow Ventures pada tahun 1996. Investasi tersebut menjadi sebagai ganti kepemilikan mayoritas di perusahaan.
Musk yang sebelumnya menjabat sebagai CEO kemudian diganti oleh Richard Sorkin, namun tetap menjadi wakil presiden eksekutif dan kepala pejabat teknologi.
Sorkin bergerak cepat dengan menawarkan layanan Zip2 ke perusahaan surat kabar ternama seperti The New York Times yang kemudian menjadi pelanggan awal.
Platform Zip2 yang ditawarkan memungkinkan pihak surat kabar membuat direktori lokal untuk pelanggan online mereka. Hal ini kemudian berkembang pesat dan banyak dipakai oleh perusahaan surat kabar lainnya.
Di saat yang sama, Zip2 juga menyertakan panduan seni dan hiburan serta direktori khusus untuk berbagai kategori bisnis. Sayang, kebijakan Sorkin ini ternyata tak disetujui oleh Musk yang enggan dengan model usaha tersebut.
Kekesalannya semakin memuncak manakala Sorkin mengatur agar Zip2 bergabung dengan CitySearch yang memiliki layanan serupa.
Musk yang tidak terima kemudian mengatur sebuah 'kudeta' agar mencopot Sorkin dari jabatannya sebagai CEO. Upaya tersebut ternyata berhasil memenangkan suara dari dewan direksi yang akhirnya menendang Sorkin dari perusahaan.
Posisi lowong sebagai CEO kemudian diisi oleh Derek Proudian.
Zip2 Dijual dan Elon Musk menjadi miliarder
Menurut data yang ditulis Crunchbase, Zip2 dibeli oleh Compaq Computer Corp. seharga 341 juta dollar AS dalam bentuk tunai dan saham pada tahun 1999, yang kemudian diintegrasikan ke dalam mesin pencari AltaVista.
Layanan direktori panduan kota online (online city guide) milik Zip2 menambahkan cakupan lokal yang memperkaya fitur pencarian milik AltaVista.
Penjualan tersebut membuat Musk mengantongi uang sebesar 22 juta dollar AS, yang kemudian digunakan untuk mendirikan layanan jasa keuangan online yang bernama X.com.
Pada perkembangannya, X.com kemudian bergabung dengan Confinity pada tahun 2000 dan kemudian menjadi PayPal, sebuah layanan keuangan online paling berpengaruh di dunia.
Kesuksesan Elon Musk menjadi pengusaha teknologi sekaligus miliarder dunia juga berawal dari PayPal. Musk yang pada saat itu memiliki 11 persen saham, menikmati keuntungan berlipat setelah PayPal diakuisisi oleh eBay sebesar 1,5 miliar dolar pada Oktober 2002.
Keberadaan Zip2 secara tidak langsung telah mempengaruhi perjalanan bisnis dari seorang Elon Musk. Pria yang dijuluki sebagai 'Tony Stark' di dunia nyata itu kini menjelma sebagai miliarder dunia dengan beberapa perusahaan seperti Tesla, SpaceX, dan sebagainya.