WhatsApp sempat jadi sorotan luas terkait dengan kebijakan privasi dan persyaratan layanan terbaru yang diumumkan beberapa waktu lalu. Hal ini tak lepas dari kebijakan WhatsApp yang berbagi data pengguna secara terbatas di ranah backend dengan Facebook.
Sebanyak 83 persen pengguna internet di Indonesia merupakan pengguna WhatsApp, berdasarkan data yang dilaporkan oleh Digital Report 2019 dari We Are Social dan Hootsuite. Meski populer di Tanah Air, aplikasi itu justru jarang digunakan oleh warga Amerika Serikat.
Privasi pengguna menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan
Privasi alias ranah pribadi adalah sebuah hal yang sangat penting bagi masyarakat di Amerika Serikat. Hal ini diketahui berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh National Science Foundation (PDF) pada tahun 2015 lalu.
Salah satu fitur WhatsApp yang bisa memberikan lokasi penggunanya, dianggap bisa menjadi cara untuk mengetahui sekaligus mengumpulkan informasi pribadi. Hal inilah membuat mereka merasa tidak nyaman dan menjadi alasan warga AS tidak pakai WhatsApp.
Kebocoran data dan Isu keamanan
Whatsapp diketahui pernah mengalami kebocoran data penggunanya sehingga bisa diakses secara bebas di internet yang diketahui melalui fitur Clik to Chat. Skandal kebocoran ini pertama kali diberitakan oleh WABetaInfo dan peneliti keamanan Athul Jayaram.
Ada sekitar 300 ribu nomor yang terekspos lewat domain "wa.me" milik WhatsApp, yang juga menyimpan metadata Click to Chat. Meski telah diperbaiki, toh masalah keamanan pada Whatsapp membuat publik Amerika Serikat merasa khawatir.
SMS masih menjadi pilihan karena biaya yang lebih murah
Sebagian besar ponsel di Amerika Serikat memiliki kontrak dengan perusahaan seluler masing-masing. Layanan yang ditawarkan memiliki tarif tetap untuk SMS dan menit panggilan gratis. Masalahnya, data seluler di negeri Paman Sam ternyata lebih mahal dibanding SMS.
Sederhananya, mereka berpikir jika mengirim SMS melalui ponsel jauh lebih murah dibandingkan harus menggunakan Whatsapp yang membutuhkan data seluler. SMS akan tetap menjadi pilihan utama sebagian besar masyarakat AS meski terkesan kuno.
Masyarakat AS lebih familiar dengan layanan Facebook Messenger
Selain SMS, kebanyakan masyarakat AS menggunakan aplikasi Facebook Messenger sebagai layanan perpesanan. Kombinasi dari keduanya yang memungkinkan untuk menjangkau hampir semua orang di AS melalui pesan teks, jadi alasan warga AS tidak pakai WhatsApp.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Statista pada bulan September 2019 , Facebook Messenger adalah aplikasi perpesanan seluler terpopuler di AS dengan 106,4 juta pengguna. Whatsapp sendiri berada di urutan ketiga dengan jumlah mencapai 25,58 juta pengguna.
Sikap yang selektif dan merasa cukup dengan fitur bawaan ponsel
Salah satu hal unik pada masyarakat AS adalah, mereka kebanyakan merupakan tipikal individu yang merasa cukup dengan aplikasi perpesanan bawaan pada iPhone maupun Android mereka. Fitur-fitur yang ada juga dianggap telah memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, orang Amerika biasanya waspada terhadap aplikasi baru. Jika pengguna merasa tidak terlalu diperlukan, maka tidak ada alasan sama sekali untuk memasangnya di ponsel mereka. Termasuk aplikasi perpesanan seperti Whatsapp.
Tidak heran jika popularitas WhatsApp tidak begitu kentara di Amerika Serikat, meski perusahaan tersebut dibangun di sana. Meski demikian, aplikasi besutan Meta.Inc (Sebelumnya Facebook) tersebut berhasil merengkuh popularitas di negara-negara lainnya.