Setelah sempat diuji coba di wilayah Amerika Serikat pada akhir tahun 2020 lalu, Starlink kini mulai membuka pemesanan secara pre-order kepada pengguna dengan cakupan lokasi yang lebih luas.
Calon pengguna yang berminat diwajibkan untuk membayar deposit awal senilai 99 dolar AS atau Rp 1,3 juta. Layanannya juga didukung oleh 1.000 satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi rendah atau low-Earth orbit (LEO). Selengkapnya, simak ulasan berikut ini
Pengguna akan menikmati kecepatan data mulai 50 Mbps hingga 150 Mbps
Para pengguna yang telah mendapat akses nantinya bakal merasakan kecepatan internet sebesar 50–150 Mbps dan latensi dari 20 md hingga 40 md pada pengujian beta, yang berada di sebagian besar lokasi selama beberapa bulan ke depan.
Sebelumnya, tes kecepatan untuk pengguna Starlink internet beta yang dilakukan pada 30 November 2020 lalu menunjukkan kecepatan unduh sekitar 104 Mbps dan kecepatan unggah sekitar 16 Mbps, yang ditambah latensi rata-rata sebesar 39 md.
Ke depannya bakal ada lebih banyak satelit yang akan diluncurkan, memperbanyak jumlah stasiun bumi, dan peningkatan perangkat lunak pada jaringan Starlink. Hal tersebut diyakini bakal meningkatkan kecepatan data, latensi, dan waktu aktif secara signifikan.
Adanya biaya tambahan berupa Starlink Kit selain dana deposit
Sebelumnya telah disinggung bahwa pengguna yang berminat dengan layanan satelit internet Starlink harus merogoh kocek sebesar 99 dolar AS atau Rp 1,3 juta untuk deposit awal.
Jumlah tersebut belum termasuk biaya Starlink Kit senilai 499 dolar AS (sekitar Rp6,9 juta), yang terdiri dari router Wi-Fi, antena parabola, kabel, pengisi daya, dan tripod sebagai penyangga.
Sekedar informasi, Starlink membutuhkan langit yang cerah agar bisa terhubung dengan satelit. Pengguna juga bisa mengunduh aplikasi resmi Starlink di Google PlayStore (Android) maupun AppStore (iOS) untuk menentukan lokasi pemasangan yang tepat.
Punya latensi rendah untuk menunjang konektivitas secara online yang lebih baik
Apa itu latensi? Latensi secara singkat adalah waktu yang diperlukan sinyal internet untuk mengirim data dari komputer menuju ke Internet Service Provider (ISP) yang digunakan pengguna, diteruskan ke server situs web, dan kemudian kembali ke pengguna.
Latensi yang tinggi mengakibatkan aktivitas online seperti video call dan game online tidak berjalan maksimal karena satelit berada jauh dari bumi. Sebaliknya, latensi yang rendah membuat kegiatan online di atas bisa berjalan dengan baik.
Soal latensi, satelit Starlink 60 kali lebih dekat ke Bumi daripada satelit tradisional sehingga menghasilkan latensi yang lebih rendah. Hal ini dianggap mampu mendukung layanan online yang biasanya tidak dapat dilakukan dengan internet satelit tradisional.
Diklaim ideal untuk lokasi di pedesaan dan tempat terpencil
Latensi yang rendah dan segala kemudahan yang lainnya, membuat Starlink diklaim cocok untuk kondisi wilayah yang selama ini jarang tersentuh koneksi internet seperti pedesaan dan wilayah-wilayah terpencil.
Konektivitas yang disediakan Starlink membuatnya lebih fleksibel karena tidak dibatasi oleh infrastruktur tradisional di darat seperti tower BTS misalnya. Keberadaannya mampu menjawab masalah di wilayah tertentu, di mana konektivitas biasanya menjadi tantangan.
Starlink juga mampu menyediakan jaringan internet broadband berkecepatan tinggi ke lokasi di mana aksesnya tidak dapat diandalkan atau bahkan sama sekali tidak tersedia.
Digadang-gadang bakal jadi layanan internet di masa depan
Selain ditunjang oleh nama besar Elon Musk dan SpaceX, Starlink dinilai memiliki potensi untuk menjadi bisnis besar di masa depan yang melayani jaringan internet berkecepatan tinggi lewat satelit.
Elon Musk dalam sebuah unggahan lewat akun Twitter @elonmusk, menuliskan bahwa Starlink akan melakukan IPO jika pihaknya mampu memprediksi arus keuangan dengan cukup baik.
Pilihannya adalah SpaceX harus mampu menghindari arus kas negatif dalam beberapa tahun ke depan, atau membuat keuangan Starlink berada dalam posisi yang stabil. Musk juga berharap agar bisnisnya tersebut tidak mengalami kebangkrutan.
Di luar sana, Starlink bakal bersaing dengan layanan sejenis milik Amazon yakni Proyek Kuiper yang rencananya akan memasang hingga 3.000 satelit LEO. Ada pula operator telekomunikasi asal Canada Telesat, lewat konstelasi Lightspeed pada tahun 2023 Mendatang.