Korea Selatan berhasil melakukan uji coba taksi drone yang berhasil diterbangkan pada 1 November 2020 lalu. Demonstrasi itu menunjukkan keseriusan Korea Selatan menjadi pelopor taksi terbang yang bakal dikomersialkan pada tahun 2025 mendatang, sebagai salah satu pilihan moda transportasi udara bagi masyarakat.
Penerbangan perdana itu menjadi bagian dari acara Demo UAM Seoul “Open the Urban Sky” di pusat kota Seoul, Korea Selatan. Taksi drone yang digunakan dalam uji coba tersebut dibuat oleh perusahaan asal Tiongkok, EHang, yang menggunakan karung seberat 70 kilogram sebagai pengganti manusia di ruang kemudi.
Pemerintah kota Seoul bersama Kementerian Agraria, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan (MOLIT), menjadi pemandu dari uji coba tersebut. Ke depannya, mereka tengah mengembangkan sistem manajemen lalu lintas udara bernama 'K-drone' yang menelan investasi sebesar 24,5 miliar won (USD22 juta) hingga 2022 mendatang.
Proyek 'K-Drone sendiri' merupakan rencana ambisius pemerintah Korea Selatan terkait transportasi udara di masa depan. "Kami sangat senang memperkenalkan taksi drone, sistem transportasi masa depan, di Seoul untuk pertama kalinya di Korea," kata Wali Kota Seoul Seo Jeong-hyup, yang dilansir dari Dailymail (12/11/2020).
Penggunaan EHang dalam uji coba taksi terbang tersebut kian mengukuhkan posisinya sebagai taksi drone pilihan banyak pihak di masa depan. Kemampuannya mengangkut manusia dan logistik menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan. Saat uji coba, Ehang mampu terbang di atas sungai sekitar 10 menit dengan ketinggian sekitar 36 meter dan kecepatan hingga 50 kilometer per jam.
Bill Choi, kepala bisnis EHang di Asia menuturkan bahwa EHang 216 mampu terbang selama 30 menit dengan kondisi baterai penuh. Dirinya menambahkan bahwa drone canggih itu telah digunakan sebagai pengiriman barang, pemadam kebakaran, hingga tujuan pariwisata di Tiongkok.
Selain di Korea Selatan, EHang telah melakukan uji coba di Norwegia dan Kanada. Hal ini mendatangkan keuntungan tersendiri bagi perusahaan tersebut. Di mana bisnis taksi drone atau taksi terbang bakal menjadi salah satu kebutuhan di masa depan. Tahun lalu, Morgan Stanley memproyeksikan bahwa pasar global untuk taksi terbang otonom dapat mencapai $ 1,5 triliun pada tahun 2040.
Uji coba yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan juga sejalan dengan rencana mereka. Taksi drone dianggap memainkan peran kunci untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di daerah perkotaan yang padat, sekaligus menghasilkan emisi yang ramah lingkungan. Korea Selatan sendiri menargetkan dekarbonisasi lewat sistem transportasinya pada tahun 2040-2050.
MOLIT Korea Selatan memproyeksikan taksi terbang di pasar negara itu bernilai US$ 11,6 miliar pada tahun 2040 dan menciptakan 160.000 lapangan pekerjaan baru. EHang 216 AA yang digunakan pada uji coba telah mendapatkan Sertifikat Kelaikan Udara Khusus (SAC), sekaligus SAC pertama yang dikeluarkan untuk drone angkut (AAV) kategori penumpang.
Sebelum Korea Selatan, Dubai juga diketahui telah melakukan uji coba pertama layanan taksi terbangnya yang diawasi oleh Putra Mahkota Sheikh Hamdan bin Mohammed. Taksi drone Dubai itu dirancang oleh perusahaan Jerman Volocopter dengan dua tempat duduk dan 18 rotor untuk terbang.
Salah satu negeri modern di Timur Tengah itu memposisikan dirinya menjadi kota terpintar di dunia dengan ambisi memiliki kendaraan swakemudi seperti Volocopter yang tengah di uji coba. Bukan tanpa tantangan, Noel Sharkey yang merupakan ilmuwan komputer dan ahli robotika di Sheffield University, turut mengomentari hal tersebut.
Tantangan terbesar adalah menghindari hambatan dinamis dari taksi drone tersebut. Hal lainnya yang dihadapi adalah gedung-gedung tinggi dan burung. "Langit di Dubai bisa menjadi penuh sesak dengan sangat cepat," ucap Noel yang dilansir dari BBC (26/09/2017). Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.