Produsen smartphone Huawei kini tengah fokus mengembangkan sistem operasi (OS) sendiri yang bernama HarmonyOS. Teknologi mobile tersebut muncul akibat kebijakan dari pemerintah Amerika Serikat berupa sanksi yang melarang hubungan bisnis terhadap perusahaan asal China.
Terlebih jika sanksi tersebut berjalan dalam waktu yang lama, tentu sangat merugikan pihak Huawei yang saat ini posisinya terancam dengan sanksi tersebut. Spekulasi pun mulai bermunculan jika HarmonyOS bakal menjadi pesaing Android milik Google.
Tapi benarkah demikian?
Harmony OS vs Android, begitu bayangan dari banyak pihak terkait kemunculan OS buatan Huawei tersebut yang diasumsikan menjadi pesaing Android yang telah mapan. Sama-sama menjadi sistem operasi bagi smartphone, kira-kira seperti apa perbandingan antara Harmony OS vs Android? Simak ulasannya berikut ini.
HarmonyOS tidak berbasis kernel Linux seperti Android
Alih-alih menggunakan teknologi open source macam Linux seperti yang dilakukan oleh Android, Huawei memilih untuk mengembangkan HarmonyOS dengan mikrokernel baru yang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kernel monolitik Linux.
Sebagai informasi singkat, kernel adalah inti pada sebuah sistem operasi (OS) yang mengendalikan semua proses perangkat lunak agar bisa dijalankan oleh perangkat keras.
Sedangkan pengembangan dan desain sistem operasi Android dirancang dengan basis Linux. Di mana Google merilis dan memberikan sumber kode terbuka di bawah lisensi Apache sehingga bisa dimodifikasi oleh pihak ketiga.
Hingga saat ini, Android menjadi sistem operasi bagi mayoritas merek ponsel-ponsel ternama. Kecuali Huawei tentunya.
Kelebihan HarmonyOS
HarmonyOS memiliki keunggulan dari sisi teknis lewat konsep OS Terdistribusi dan mekanisme yang bernama Deterministic Latency Engine. Untuk konsep OS Terdistribusi (Huawei terdistribusi), sistem operasi yang mereka ciptakan menggunakan task scheduling dan data management yang terdistribusi sehingga mampu meningkatkan performa.
Pihak Huawei mengatakan bahwa Android dinilai bermasalah pada sisi teknis seperti fragmentasi, mekanisme schedulling yang out of date, hingga redundant code.
Sedangkan Deterministic Latency Engine merupakan mekanisme yang menggunakan analisis beban waktu nyata, pencocokan karakteristik aplikasi, dan perkiraan untuk mengalokasikan sumber daya sistem dengan cara yang lebih baik. Hal ini diklaim mampu menghasilkan peningkatan latensi respons hingga 25,7% dan fluktuasi latensi sebesar 55,6%, yang membuat ponsel berjalan lebih halus.
Via Android Authority |
Kekurangan HarmonyOS
Kekurangan yang mungkin dihadapi oleh HarmonyOS adalah pihak Huawei harus berusaha keras meyakinkan para developer untuk mengembangkan aplikasi di platform miliknya. Perbedaan sumber kode yang mendasar dengan Android menjadi salah satu tantangannya.
Bagi yang terbiasa melakukan akses root pada ponsel Android, hal tersebut tidak bisa dilakukan pada HarmonyOS karena alasan keamanan sistem dan perangkat.
Dari sisi pengguna, beralih sistem operasi tentu menjadi pertimbangan panjang untuk dipikirkan. Terutama memindah data-data penting kata sandi perangkat, akun perbankan dan lainnya. Selain itu, pilihan aplikasinya juga terbatas sehingga pengguna mau tidak mau harus menunggu hingga aplikasi tersebut hadir di platform HarmonyOS.
Kelebihan Android OS
Seperti yang kita tahu, Android adalah OS yang sangat populer di pasaran pada saat ini. Lebih dari 2 juta aplikasi tersedia di google play store untuk diunduh dan dipasang di perangkat Android. Ada sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia yang menggunakan Android.
Secara otomatis, Android menjadi sistem operasi yang paling banyak digunakan pada perangkat digital seperti jam tangan, pemutar audio mobil, TV pintar, PC, tablet, jam tangan pintar (smartwatch) hingga smartphone.
Selain itu, pengguna si 'Robot Hijau' tersebut juga bisa melakukan akses root pada sistem internalnya meski sebenarnya sangat berisiko tinggi.
Beberapa keunggulan dari si 'robot hijau' ini adalah jutaan aplikasi pada Google Play Store yang siap diunduh, mendukung aplikasi pihak ketiga, berbasis kode sumber terbuka (open source), serta didukung oleh komunitas pengembang aplikasi yang jumlahnya terus tumbuh dari tahun ke tahun.
Selain itu, Android juga terintegrasi dengan layanan populer milik Google seperti peramban Chrome, Gmail, Google Drive, dan lainnya. Teknologinya bahkan menjadi OS utama dari merek-merek ponsel terkenal seperti Samsung, OPPO, Vivo, Xiaomi, Realme, Nokia, dan masih banyak lagi.
Kekurangan Android OS
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pula dengan Android yang menjadi sistem operasi sejuta umat, ada banyak celah yang menjadi kekurangan dari si 'robot hijau' tersebut. Dari sisi pengguna, mereka tak lepas dari ancaman seperti virus, malware, dan hal berbahaya lainnya baik disadari maupun tidak.
Sedangkan dari sisi teknis, pengguna harus memiliki ponsel yang mendukung Android versi terbaru jika tidak ingin ketinggalan update. Alhasil, ada biaya yang harus dikeluarkan dan fungsi smartphone lama menjadi terbatas. Jika dipaksakan, perangkat terkadang tidak berjalan optimal dan mengalami masalah seperti lagging alias berjalan lambat, hingga aplikasi rawan mengalami crash.
Perkembangan HarmonyOS maupun Android dan prospek ke depannya
Huawei pada saat ini masih beranggapan bahwa HarmonyOS bukanlah pesaing Android secara langsung. Meski demikian, pihaknya fokus menggarap sistem operasi tersebut sebagai antisipasi jika benar-benar ditinggalkan oleh Google. Pengembangan yang dilakukan sejauh ini masih berkutat pada peningkatan sistem operasi.
Ke depannya, Huawei berharap HarmonyOS akan memiliki banyak teknologi berbasis AI, Internet of Thing (IoT), dan jaringan 5G pada tahun 2025 seperti yang termuat dalam daftar rencana prediksi teknologi mereka. Seperti yang terjadi baru-baru ini, Huawei baru saja merilis antarmuka EMUI 11 versi stable yang hadir dalam ponsel Huawei 40 Pro, Huawei P40, dan Mate Pro untuk pasar global.
Sedangkan Android hingga saat ini telah merilis versi sistem operasinya hingga Android 11, di mana versi beta pertama diluncurkan pada bulan Juni 2020, beta kedua Juli 2020, dan beta ketiga pada Agustus 2020, seperti yang dilaporkan oleh Tech Radar (08/08/2020). Kehadirannya juga disertai dengan beberapa pembaruan yang cukup signifikan.
Sedangkan untuk ponsel di luar keluarga Pixel milik Google, Android 11 dikabarkan telah hadir pada Realme 7 Pro. Menurut informasi dari blog resminya, pengguna Realme 7 Pro bakal merasakan sistem Realme UI 2.0 yang berbasis Android 11. Ponsel lainnya yang dikabarkan menerima Android 11 adalah Poco F2 Pro dalam versi stabil.
Hasil Akhir: Android masih unggul dibandingkan HarmonyOS
Meski pihak Huawei mengkritisi Android soal masalah teknis seperti yang telah disebutkan di atas, sejauh ini si 'robot hijau' tetaplah menjadi sistem operasi sejuta umat yang berjalan di merek-merek ponsel ternama. Keunggulan tersebut ditunjang dengan ekosistem milik Google yang solid seperti dukungan pengembang dan pasar aplikasi Play Store.
Ada pun pihak Huawei harus bersusah payah memperkenalkan HarmonyOS pada khalayak umum, karena sistem operasi tersebut terbatas hanya berjalan pada perangkat Huawei. Tantangan lainnya adalah meyakinkan pengguna baru agar mau memakai Huawei untuk merasakan HarmonyOS, hingga pengembang untuk menulis kode yang kompatibel dengan sistem tersebut.