Fakta Falcon 9, Roket yang Mengangkut Satelit Starlink ke Angkasa


Kejayaan SpaceX di bisnis luar angkasa dan satelit tidak lepas dari keberadaan Falcon 9, roket  yang digunakan untuk membawa Starlink ke orbit bumi rendah atau Low Earth Orbit (LEO) beberapa waktu lalu.


Menurut situs resmi SpaceX, Falcon 9 merupakan roket dua tahap yang dapat digunakan kembali serta secara khusus dirancang dan diproduksi oleh SpaceX untuk aktivitas transportasi dari dan ke luar angkasa. 


Salah satu kelebihan dari Falcon 9 dibanding roket sejenis adalah kemampuan reusable alias dapat digunakan kembali setelah mendarat di bumi. Bagian-bagiannya bisa diisi kembali dengan muatan sehingga dianggap mampu memangkas biaya angkut ke luar angkasa. 


Sejarah  Falcon 9


Sebagai roket kelas orbital pertama di dunia,  Falcon 9 telah menorehkan sejarah dan rekam jejak yang luar biasa bersama SpaceX. Roket tersebut menjadi wahana komersial pertama yang mengangkut penumpang manusia ke stasiun luar angkasa internasional (ISS).


Sejak tahun 2010, Falcon 9 telah diluncurkan sebanyak 84 kali dan telah kembali ke Bumi dengan selamat hingga 45 kali. Tidak hanya itu, tiga puluh satu roket telah berhasil didaur ulang dan diterbangkan kembali ke luar angkasa.


Terobosan teknologi yang dilakukan oleh SpaceX membuat Falcon 9 merevolusi penerbangan luar angkasa. Salah satunya adalah memangkas biaya perjalanan yang lebih murah dan efisien. 


Digunakan untuk Mengangkut Satelit Internet Starlink


Ambisi Elon Musk menempatkan Starlink secara perlahan mulai terwujud berkat Falcon 9. Roket tersebut diketahui kembali meluncurkan 60 satelit internet Starlink baru ke orbit pada Rabu, seperti yang dikutip dari Space (09/04/2021). 


Sebelumnya, Falcon 9 telah melakukan serangkaian perjalanan menuju ke ruang angkasa dengan muatan satelit Starlink untuk ditempatkan di orbit bumi rendah (LEO). Hal ini merupakan wujud keseriusan SpaceX yang ingin menempatkan konstelasi satelit di sana.


Konstelasi satelit tersebut diharapkan bisa menjadi tulang punggung layanan internet milik Starlink yang telah diuji coba ke publik beberapa waktu lalu, sekaligus membuka peluang agar akses ke dunia maya bisa dinikmati oleh siapa pun di seluruh dunia.


Spesifikasi Roket Falcon 9


Setiap roket Falcon 9 dua tahap didukung oleh tahap pertama dengan rangkaian sembilan mesin Merlin, dengan bahan bakar menggunakan minyak tanah (RP-1) dan propelan oksigen cair. Sedangkan tahap kedua didukung oleh mesin Merlin dengan konfigurasi vakum tunggal.


Roket setinggi 230 kaki ini memiliki berat 1.207.920 pound dan sanggup membawa muatan seberat 50.265 pound ke orbit rendah Bumi (LEO), hingga muatan dengan berat 8.860 pound menuju ke Mars. Di permukaan laut, Falcon 9 dapat menghasilkan daya dorong 1,7 juta pon.


Mesin Merlin yang diguakan SpaceX para roket Falcon 9, Falcon 1, dan Falcon Heavy telah diproduksi dengan beberapa variasi dan tipe. Mulai dari Merlin 1A, 1B, 1C, Merlin Vacuum (1C), Merlin 1D, dan Merlin 1D Vacuum.


Bagian-bagian Mesin Pendorong Roket Falcon 9


Sembilan mesin Merlin pada tahap pertama secara bertahap melakukan throttling atau pelambatan menjelang akhir penerbangan tahap pertama. Hal tersebut sekaligus membatasi akselerasi peluncuran saat massa roket berkurang dengan pembakaran bahan bakar. 


Tahap kedua didukung oleh satu Mesin Vakum Merlin yang mengirimkan muatan ke orbit yang diinginkan. Mesin menyala beberapa detik setelah pemisahan tahap, dan dihidupkan ulang beberapa kali menuju ke orbit yang berbeda.


Bagian Interstage adalah struktur komposit yang menghubungkan tahap pertama maupun kedua, dan menampung pendorong pneumatik yang memungkinkan tahap pertama bersama kedua terpisah selama penerbangan.


Jenis Ruang Muat di Bagian Atas Roket Falcon 9


Roket Falcon 9 memiliki ruang muatan (payload) yang terletak di bagian paling atas yang terdiri dari fairing dan wahana Dragon. Masing-masing memiliki fungsi berbeda meski sama-sama digunakan untuk mengangkut sesuatu.


Fairing yang terbuat dari material komposit karbon berguna untuk melindungi satelit dalam perjalanannya ke orbit, yang dibuang kira-kira 3 menit setelah penerbangan. Pihak SpaceX sendiri terus memperbaharui fairing tersebut untuk digunakan kembali pada misi mendatang.  


Sedangkan Dragon mampu membawa hingga 7 orang di bagian bertekanan pada pesawat ruang angkasa. Selain itu, Dragon juga mampu mengangkut kargo di bagian bagasi pesawat ruang angkasa yang tidak bertekanan, sekaligus dapat menampung muatan sekunder.  


Rekam Jejak Falcon 9 di Luar Angkasa


Falcon 9 pertama kali meluncur ke luar angkasa pada tanggal 4 Juni 2010 sebagai bagian dari uji terbang perdana, dari landasan peluncuran pantai di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Florida. Penerbangan tersebut sukses mencapai orbit 155 mil di atas Bumi.


Peluncuran lainnya kemudian berlanjut pada tahun 2015, di mana Falcon 9 sukses mendarat di daratan bumi untuk pertama kalinya. Berlanjut di tahun 2016, roket tersebut  berhasil melakukan pendaratan di laut pada tahun 2016.


Tanggal 1 September 2016, roket Falcon 9 meledak karena disebbakan oleh pecahnya bejana bertekanan tinggi yang berisi helium dingin. Pada tanggal 30 Maret 2017, SpaceX untuk pertama kalinya menggunakan roket mereka kembali setelah digunakan ke luar angkasa. 


Misi Falcon 9 yang Mengukir Sejarah


Rekam jejak di atas berlanjut pada 6 Februari 2018, di mana SpaceX untuk pertama kalinya meluncurkan Falcon Heavy ke ruang angkasa. Tanggal 5 Desember 2018, Falcon 9 jatuh ke laut karena pompa hidrolik yang macet dalam perjalanan kembali ke Bumi.


Pada Maret 2019, Falcon 9 sukses meluncurkan wahana Dragon ke orbit untuk pertama kalinya sekaligus sebagai misi demonstrasi perdananya. Tahun 2020, NASA melakukan tes pembatalan penerbangan yang kritis untuk mengevaluasi kemampuan kapsul Dragon.


30 Mei 2020 menjadi hari bersejarah bagi SpaceX karena roket Falcon 9 mereka untuk pertama kalinya menjadi roket komersial pertama yang mengangkat astronot ke luar angkasa. Hal tersebut semakin memperkuat posisi Falcon 9 dalam sejarah antariksa modern.


Kesuksesan SpaceX dan roket Falcon 9 miliknya telah membuka persepsi masyarakat dunia terhadap dunia ruang angkasa. Di mana antariksa yang luas itu telah menjadi salah satu peluang bisnis potensial di masa depan. 

Lebih baru Lebih lama