TALOS atau Tactical Assault Light Operator Suit Project lahir dari sebuah tragedi yang menimpa anggota Navy Seal bernama Nicolas Checque pada tahun 2012 lalu. Saat itu, dirinya dinyatakan gugur karena tertembak peluru saat berada dalam sebuah operasi penyelamatan di Afghanistan.
Nicolas Checque yang memiliki panggilan 'Check', meregang nyawa karena tertembus peluru dari tembakan senapan mesin ringan milik kelompok Taliban pada jarak dekat. Peristiwa tersebut terjadi ketika Check ditugaskan bersama rekan-rekannya sesama anggota SEAL's untuk menyelamatkan seorang dokter sipil.
TALOS sendiri kemudian dikenal sebagai kostum pelindung ultra-canggih yang memiliki teknologi modern untuk prajurit di dalam sebuah pertempuran. Bisa dibilang, inilah awal mula dari ambisi militer Amerika Serikat mewujudkan jubah tempur seperti 'Iron Man' pada semesta The Avenger.
Mengenal Talos Project dan Mimpi Militer Amerika Serikat Wujudkan 'Battle Suit' Ala 'Iron Man'
Berkaca dari tragedi yang menimpa Nicolas Checque, militer Amerika Serikat memutuskan untuk membuat sebuah proyek ambisius demi melindungi pasukannya saat bertugas. Terutama menjamin keselamatan bagi satuan elit macam US Navy SEALs di atas.
TALOS Project yang diperkenalkan pada tahun 2013 tidak hanya memberikan perlindungan tetapi juga meningkatkan kemampuan tempur prajurit. Di mana hal tersebut memungkinkan tentara mampu berlari lebih cepat, lebih lama, dan tanpa merasa kelelahan selama menjalankan misi dalam rentang waktu panjang.
Pameran TALOS pada 2013 lalu / via US Army |
Struktur dari 'battle suit' itu juga memungkinkan adanya peningkatan dari segi kekuatan untuk mengangkat benda yang lebih berat, kemudian menahannya untuk durasi lama. Kemampuan ini dimungkinkan melalui penggunaan eksoskeleton futuristik di bagian belakang tubuh, kaki hingga lengan dari operator.
Bisa dibilang, kemampuan yang dimiliki oleh karakter Iron Man di semesta The Avenger sedikit demi sedikit mulai diwujudkan. Meski prosesnya tidak mudah, Militer Amerika Serikat tetap ngotot menjalankan TALOS Project untuk Komando Operasi Khusus militernya.
Struktur battle suit ala 'Iron Man' pada TALOS Project
Insinyur yang terlibat dalam perancangan battle suit pada TALOS Project menggunakan Armor generasi terbaru. Bahannya sendiri terbuat dari cairan khusus seperti fluida yang kemudian menjadi komponen utama dari sistem pelindung secara keseluruhan.
Fluida dianggap mampu mempertahankan kondisi kepadatan rendah hingga tekanan dari luar ketika (tertembak). Secara otomatis, permukaannya akan mengeras seketika untuk menghentikan peluru. Rancangannya juga bakal hadir dengan banyak fitur lain untuk meningkatkan kenyamanan sekaligus mengumpulkan informasi kesehatan.
Struktur TALOS Project / via Alex MacCalman (YouTube) |
Sedangkan penggunaan eksoskeleton futuristik seperti ulasan sebelumnya, akan difokuskan sebagai kerangka yang menyusun struktur battle suit tersebut. Penggunaan eksoskeleton bahkan telah meluas hingga di industri konstruksi dan otomotif.
Penerapan eksoskeleton di ranah militer tetnyata menimbulkan sedikit perdebatan. Bagi masyarakat sipil, militer Amerika Serikat tentu dianggap selangkah lebih maju lewat teknologinya untuk menyempurnakan pengembangan eksoskeleton sebagai struktur battle suit pada TALOS Project.
Namun di sisi lain, beberapa pejabat pertahanan menegaskan bahwa rancangan itu tidak akan praktis dan fungsional sampai tahun 2026 mendatang. Secara teknis, memang agak sulit mewujudkan model battle suit ala 'Iron Man' karena adanya kendala teknikal.
Fitur lainnya pada battle suit ala 'Iron Man' pada TALOS Project
Sesuai dengan rencana, desain TALOS akan mencakup fitur berupa sistem pemanas serta pendingin internal dengan kontrol suhu adaptif. Penggunaannya bisa disesuaikan berdasarkan iklim tempat operator berada.
Ini artinya, prajurit yang mengenakan battle suit tersebut mampu mempertahankan suhu tubuh yang lebih rendah bertugas di lingkungan gurun, sehingga mengurangi rasa lelah pada tubuh. Sedangkan pemanasnya menjaga tubuh agar tidak kaku atau mati rasa karena suhu dingin.
Tes baju tempur TALOS di medan tertentu / via Futurism |
Selain kontrol suhu internal, TALOS juga dibekali fitur untuk menampilkan pemantauan kesehatan secara real-time pada operator dan pengamat operasi. Cakupan tampilannya termasuk detak jantung, stres, hingga kondisi luka pada bagian-bagian tubuh.
Bersamaan dengan pemantauan kesehatan secara real-time, kasa pembungkus luka juga dapat diberikan dan disebut-sebut sebagai bagian dari sistem TALOS. Sayangnya, tidak jelas bagaimana cara kerjanya sehingga meninggalkan sejumlah pertanyaan.
Masa depan TALOS Project diragukan Kelanjutannya
Sebelumnya, beberapa pejabat pertahanan Amerika Serikat meragukan penggunaan eksoskeleton karena dianggap tidak praktis serta kurang fungsional hingga tahun 2026 mendatang. Selain itu, SOCOM awalnya juga menjanjikan rancangan baju besi taktis bergaya Iron Man pada tahun 2018.
Seorang juru bicara Angkatan Laut AS mengatakan, exoskeleton futuristik yang banyak digembar-gemborkan kemungkinan tidak akan pernah dipakai sebagai struktur utama pada rancangan battle suit tersebut.
Proyek TALOS diragukan kelanjutannya / via US Army |
“Prototipe itu sendiri saat ini tidak cocok untuk operasi di lingkungan pertempuran jarak dekat,” kata juru bicara SOCOM Letnan Laut Phillip Chitty yang dikutip dari Task & Purpose (15/02/19).
Dirinya juga menambahkan bahwa Komando JATF-TALOS tidak memiliki rencana untuk demonstrasi eksternal tahun ini (2019). “Masih belum ada niat untuk menurunkan prototipe baju tempur TALOS Mk 5.” ucap Chitty.
Padahal, butuh waktu lima tahun dan setidaknya dana sebesar $80 juta telah dihabiskan untuk TALOS. Proses panjang tersebut sejatinya telah menghasilkan sejumlah besar pengetahuan teknis yang dapat mendukung proyek-proyek exoskeleton lainnya di seluruh pangkalan angkatan bersenjata dan industri pertahanan AS.
TALOS Project akhirnya resmi dihentikan pada tahun 2019
Petugas akuisisi SOCOM James Smith kepada hadirin di forum NDIA SO/LIC pada awal Februari, juga mengatakan hal senada dengan Chitty yang intinya menyebut bahwa baju tempur TALOS belum siap. "Itu bukan Iron Man! Saya akan menjadi orang pertama yang memberi tahu Anda hal itu,” ucapnya.
Defense One pertama yang pertama kali melaporkan, juga menambahkan bahwa TALOS belum siap untuk digunakan untuk pertempuran jarak dekat seperti tujuan utama pembuatannya.
Saat SOCOM mulai mengurangi keinginannya untuk melanjutkan proyek baju tempurnya, Rusia yang merupakan pesaing berat dari militer Amerika Serikat justru berhasil memperkenalkan teknologi serupa dalam bentuk purwarupa secara nyata.
Ratnik-3 rancangan Kementrian Pertahanan Rusia / via Airspace Review |
Pada bulan Agustus 2018 lalu, Kementerian Pertahanan Rusia memamerkan baju tempur Ratnik-3 generasi ketiga yang konon, dibuat dengan struktur eksoskeleton bertenaga sekaligus berkemampuan kamuflase aktif.
Munculnya Ratnik-3 di tengah pesimisnya kelanjutan TALOS Project tampaknya menandakan apa yang disebut Defense One sebagai “perlombaan senjata berbasis eksoskeleton dengan kemampuan militer”oleh kedua negara.
Jika Ratnik-3 masih dikembangkan oleh Rusia, Maka TALOS akhirnya benar-benar dihentikan secata total pada 2019. Impian Amerika Serikat memiliki baju tempur layaknya 'Iron Man' pada semesta The Avenger harus kandas karena adanya berbagai kendala yang dihadapi.