Situs pemantau penerbangan flightradar24 menjadi salah satu penyedia informasi dan data mengenai peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2020).
Cara kerja Flightradar24 memantau seluruh aktivitas penerbangan di seluruh dunia dengan menggunakan gabungan data dari beberapa sumber data termasuk ADS-B, MLAT dan data radar, seperti yang dikutip dari situs resminya, flightradar24.com.
Teknologi ADS-B - H2
Apa itu teknologi ADS-B? - H3
ADS-B atau Automatic Dependent Surveillance-Broadcast merupakan teknologi utama yang digunakan flightradar24 untuk menerima informasi penerbangan, dengan jumlah lebih dari 20.000 jaringan penerima ADS-B di seluruh dunia.
Jaringan tersebut menerima informasi penerbangan dari pesawat dengan transponder ADS-B, yang kemudian mengirimkan informasi ke server milik flightradar24. Diperkirakan, sekitar 70% dari semua pesawat penumpang komersial (80% di Eropa, 60% di AS) dilengkapi ADS-B.
Frekuensi yang digunakan termasuk tinggi (1090 MHz), sehingga jangkauan dari setiap penerima dibatasi hingga sekitar 250-450 km (150-250 mil) ke segala arah tergantung pada lokasi. Indonesia sendiri termasuk negara dengan cakupan ADS-B yang bagus.
Ini artinya, semakin jauh pesawat terbang dari penerima, maka semakin tinggi pesawat tersebut harus terbang agar dapat dijangkau oleh penerima. Batas jarak membuat pesawat kesulitan untuk mendapatkan cakupan ADS-B. Terutama jika berada di atas lautan.
Baca juga: Mengenal Roket Long March 6 China yang Luncurkan Satelit Jaringan 6G Pertama di Dunia
Cara kerja cara kerja flightradar24 menggunakan teknologi ADS-B H-3
Sebagai teknologi utama yang digunakan flightradar24 untuk menerima informasi penerbangan, ADS-B memiliki beberapa tahapan dalam menerima dan mengolah data hingga menjadi sebuah informasi. Lebih jelasnya, simak selengkapnya di bawah ini.
- Pesawat mendapatkan lokasinya dari sumber navigasi GPS (satelit)
- Transponder ADS-B di pesawat memancarkan sinyal yang berisi lokasi (dan banyak lagi)
- Sinyal ADS-B diambil oleh penerima yang terhubung ke Flightradar24
- Penerima memasukkan data ke Flightradar24
- Data yang diolah menjadi informasi kemudian ditampilkan di situs flightradar24.com dan di aplikasi Flightradar24 yang tersedia di platform Android maupun iOS.
MLAT
Apa itu MLAT yang digunakan Flightradar24?
MLAT atau disebut Multilaterasi, merupakan cara yang digunakan oleh Flightradar24 untuk menghitung posisi pesawat yang tidak dilengkapi dengan transponder ADS-B, dengan menggunakan metode yang dikenal sebagai Time Difference of Arrival (TDOA).
TDOA adalah waktu yang dibutuhkan sinyal dari pesawat untuk mencapai penerima. MLAT setidaknya membutuhkan empat atau lebih penerima di suatu wilayah untuk menerima sinyal dari pesawat yang sama.
Pihak Flightradar24 sendiri mengembangkan receiver (penerima) dan perangkat lunaknya dengan memanfaatkan Multilaterasi (MLAT), untuk membantu melacak penerbangan yang ada di seluruh dunia. Akurasi posisi MLAT dianggap mendekati ADS-B.
Dengan membandingkan berapa lama sinyal dari pesawat untuk mencapai setiap receiver, pihak Flightradar24 dapat menentukan posisi dan kecepatan pesawat yang diklaim telah mencapai akurasi dalam jarak 10-20 meter menurut pengujian yang telah dilakukan.
Pelacakan penerbangan dengan menggunakan teknologi satelit
Flightradar24 juga melakukan pelacakan penerbangan berbasis satelit untuk cakupan ADS-B secara global. Satelit yang dilengkapi dengan penerima ADS-B mengumpulkan data dari pesawat di luar area jangkauan jaringan ADS-B terestrial milik Flightradar24.
Dari sana, data-data yang diperoleh kemudian dikirimkan ke jaringan Flightradar24. Data ADS-B berbasis satelit yang tersedia di Flightradar24 berasal dari berbagai penyedia dengan jangkauan bervariasi.
Umumnya, ADS-B berbasis satelit meningkatkan jangkauan pelacakan penerbangan di atas lautan, di mana penerimaan yang berbasis darat tidak memungkinkan. Hanya pesawat dengan transponder ADS-B saja yang dapat dilacak melalui satelit.
Sekedar informasi, pelacakan penerbangan berbasis teknologi satelit merupakan langkah terbaru yang digunakan oleh Flightradar24 dalam pencarian. Khususnya untuk cakupan ADS-B global.
Data Radar Amerika Utara
Selain ADS-B dan MLAT, Flightradar24 juga menerima data tambahan secara langsung dari North America Radar Data untuk aktivitas penerbangan di wilayah Amerika Utara. Data ini didasarkan pada data radar (tidak hanya pesawat yang dilengkapi transponder ADS-B).
Jangkauannya juga mencakup sebagian besar lalu lintas pesawat udara komersial dan terjadwal di wilayah udara AS dan Kanada, serta sebagian dari wilayah Samudra Atlantik dan Pasifik.
Flarm
Flarm adalah versi sederhana dari ADS-B namun dengan jarak yang lebih pendek dan biasanya digunakan oleh pesawat berukuran lebih kecil - dalam banyak kasus adalah jenis seperti glider, dan jangkauan penerima Flarm adalah antara 20 dan 100 km.
Flarm receivers sering dipasang di bandara kecil namun memiliki volume lalu lintas pesawat terbang layang yang tinggi. Keberadaannya di sana untuk melacak aktivitas pesawat layang tersebut di sekitar bandara.
Kemampuan Flightradar24 dalam mengolah data menjadi sebuah informasi membuat layanan miliknya yang tersedia via website dan aplikasi, sering digunakan sebagai salah satu sumber informasi penerbangan pesawat suatu maskapai di seluruh dunia.
Cara kerja Flightradar24 inilah yang memungkinkan teknologi miliknya mampu melacak penerbangan pesawat Sriwijaya Air SJ182 dalam tampilan dua dimensi (2D), yang diketahui jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) lalu.